(Pasti) Anakku Cerdas


Senin, 11 Mei 2009
Ku sedang menyiapkan makan siang untuk revi, si bungsu yang menggemaskan. Sebentar lagi mobil antar-jemput sekolah datang, mengantarkan kesayanganku yang baru berusia 5 tahun. Tidak sabar rasanya mendengar celotehnya… Ku selalu rindu keceriaan dan senyum manisnya..
“Assalamu ‘alaikum…ibu…revi udah pulang”, terdengar suaranya di ruang tamu.
“Alaikum salam.” jawabku sambil datang menghampirinya. Kulihat rutinitas yang beberapa hari ini dilakukannya, melepas sepatu dan kaos kakinya sambil duduk di ubin.
“Bu, revi mo cerita..tadi pagi si irgi datang terlambat.” akhirnya keluar juga celotehnya, ku tersenyum. Diraihnya tanganku dan diciumnya perlahan. Ku kecup pipi kiri, pipi kanan, jidat, dan bibirnya.
“Lalu…??” tanyaku kemudian, setelah kami duduk di ruang makan dan revi selesai mencuci bersih tangan dan kakinya.
“Irgi bilang gini bu : bu guru..maaf irgi telat..lain kali irgi gak akan telat lagi. Irgi yang salah bu guru, karena semalam tidurnya malam jadi bangunnya kesiangan” jelas revi sambil memperagakan seolah-olah dirinya irgi, dengan mimik lucunya.
“Terus apa menariknya rev ??” pancingku dengan wajah yang ku buat seolah-olah berfikir keras.
“Yah ibu..gimana sih. Masa gak tahu cerita revi. Irgi memang terlambat, tapi dia cerita jujur. Dia mengaku salah. Irgi jujur..gak bohong. Revi seneng punya temen kaya irgi” jawabannya sama seperti yang ada dalam benakku, bahwa yang ingin disampaikan adalah kejujuran dari temannya.. Ku tersenyum dan berucap syukur pada-Nya, Alhamdulillah…
Ah..revi, ibu sayang kamu…

Selasa, 12 Mei 2009
Rutinitas yang sama terulang…
“Ibu, tarian balet tadi susah. Revi beberapa kali salah. Harusnya kaki kiri yang maju, tapi kanan yang maju. Lama latihannya karena revi salah terus. Tapi bu, fifi pinter deh..” celotehnya dimulai.
“Fifi ?? Fifi yang mana, rev ??”
“Fifi temen balet revi, bu. Yang tinggal di komplek depan itu”
“Oooh ya..ibu inget…”
“Fifi bener-bener pinter nari balet. Cuma salah sedikit. Terus langsung bisa nari. Bagus deh bu…fifi pinter yah bu. Revi seneng lihat fifi” senyumnya mengembang. Mungkin membayangkan tarian fifi.
Ah..revi, ibu sayang kamu…

Rabu, 13 Mei 2009
Rutinitas pulang sekolah dilakukan…
“Ibu, tadi bu rini nyuruh revi dan temen-temen belajar menambah apel dan jeruk. Tahu gak bu, doni yang besar itu pinter menambah apel dan jeruk. Bu rini tadi sampe cium doni lho. Revi juga bisa hitung, tapi ada yang salah.” revi tertawa sendiri.
“Beda sama doni, gak ada yang salah. Hebat bu..revi seneng punya temen doni” lanjutnya kemudian.
Ah…revi, ibu sayang kamu

Kamis, 14 Mei 2009
Tidak ada yang berbeda dengan rutinitas sepulang sekolah..
“Ibu…ibu… Tadi diajarin bahasa inggris lagi. Revi suka bu, belajar bahasa inggris” ceritanya akan dimulai, sepertinya.
“Oh ya ?? Emang revi bisa ngomong inggris” tanyaku dengan wajah ku buat surprise.
“Bisa..good morning..my name revi..tuh kan bisa bu..” jawabnya lantang. Ku tersenyum lalu kucium pipinya.
“Ima beda sendiri bu. Awalnya dia ngomongnya cas ces cus..gak jelaslah bu. Tapi bu guru bisa ngerti lho bu. Ternyata ima pinter inggris bu.. Pinter banget deh bu..wah hebat deh..” matanya berbinar-binar menceritakan sosok temannya yang mahir bahasa inggris. Ima memang masih kecil, tapi papanya dari amerika dan mereka baru balik ke Indonesia 1 bulan yang lalu.
Ah..revi, ibu sayang kamu

Jumat, 15 Mei 2009
Celoteh tentang teman-temannya tidak pernah habis..
“Hari ini di sekolah diajarin fashion, bu. Revi disuruh jalan pelan-pelan, gak begitu suka bu. Tapi tadi riska jalan-jalan juga. Indah deh bu. Riska bagus jalannya. Apalagi tadi pake bando kupu-kupu pink. Cantiiiiik bangeeet..” ujar revi sambil tersenyum manis.
Ah..revi, ibu sayang kamu

Sabtu, 16 Mei 2009
Hari ini, cerita apa lagi revi tentang temannya ya…
“Ibu..tadi kita olahraga di lapangan. Lari-lari. Lompat-lompat. Senam. Terus ambil batu sambil lari. Revi juara 4. Andi juara 1 bu. Badannya kuat bu, larinya andi cepet banget…kaya pesawat” cerita revi semangat.
“Oh ya ?? Hebat yah temen-temen revi.”
“Iya bu, temen-temen revi pinter-pinter..cantik-cantik..”
“Terus revi pinter apa dong ??” pancingku.
Tampang bingungnya mulai terlihat. Sedang memikirkan apa yang pinter di dirinya.
“Lho..kok gak tahu pinter apa ?? Ibu udah 2 minggu ini denger cerita temen-temen revi yang hebat-hebat. Apa revi gak pinter seperti mereka ??”
“Ehm…ehm…revi biasa-biasa aja. Tidak seperti temen-temen.” jawabnya malu-malu.
Ku peluk erat tubuhnya..kuciumi pipinya.. Anak kecil ini bener-bener polos..
“Revi pinter kok. Revi selalu seneng dan bersyukur lihat temen-temen yang lebih baik dari revi, tidak berfikiran negatif atau jelek ke temen-temen, menghargai sekecil apapun yang temen-temen lakukan. Revi selalu memberi semangat temen-temen dan membuat gembira temen-temen. Revi tidak nakal dan bercerita jujur, gak bohong. Iya kan..??
Revi cerdas kok.. Karena revi anak yang sholehah, yang takut sama Tuhan. Ibu bangga dan bersyukur punya anak revi.” jawabku lembut di telinganya, sambil kupeluk erat tubuh mungilnya.. Revi tertawa kecil dan memeluk erat tubuhku kembali
Alhamdulillah…terima kasih ya Rabb.. Bantu hamba menjaga amanat-Mu ini…

—————————————————————————————————————–

Cerita singkat ini terinspirasi oleh tulisan teman tentang Multiple Intelligences (thx to Majong Gombal). Dimana kecerdasan manusia itu terdiri dari beberapa area (copy dari Majong) :
1. Kecerdasan Verbal-bahasa
– Pandai berbicara.
– Gemar bercerita.
– Tekun mendengarkan cerita atau membaca.
Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti, berkaitan dengan proses berpikirnya.

2. Kecerdasan Matematika-Logika
– Minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi.
– Sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihat.
– Menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan.
– Suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung.

3. Kecerdasan Spatial-Visual
– Cenderung berpikir secara visual.
– Kaya dengan khayalan internal (internal imagery).
– Cenderung imaginatif dan kreatif.

4. Kecerdasan Fisik
– Olah Tubuh (Body Smart)
– Senang bergerak dan menyentuh.
– Memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak.
– Mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.

5. Kecerdasan Musik
– Mudah mengenali dan mengingat nada-nada.
– Dapat mentranformasikan kata-kata menjadi lagu
– Pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar.
– Peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi musik.

6. Kecerdasan Interpersonal / Bergaul
– Mampu berinteraksi dengan baik.
– Pintar menjalin hubungan sosial
– Mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi.
– Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain.
– Mampu bekerja sama dengan orang lain.

7. Kecerdasan Intra personal / Cerdas Diri
– Memiliki kepekaan perasaan di setiap situasi
– Memahami diri sendiri.
– Mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik.
– Mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial.
– Mengetahui pada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.

8. Kecerdasan Lingkungan / Natural
– Memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam dan binatang di usia sangat dini.
– Menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan tanaman, dan tata surya.

9. Kecerdasan Eksistensi
Cenderung bersikap mempertanyakan segala sesuatu mengenai keberadaan manusia, arti kehidupan, mengapa manusia mengalami kematian, dll.

Saat saya sekolah, hampir semua orang menilai kecerdasan orang dari nilai bidang / ILMU PASTI tertentu, misal : matematika, fisika, kimia, biologi, dll.
Belum menjadi standar kecerdasan, jika anak punya jiwa yang suka menolong (empati), jika anak mampu membuat orang lain terhibur, termotivasi, senang, dan bahagia.
Masih banyak ibu yang bercerita, “anak saya biasa-biasa aja Jenk, cuma bisa nyanyi-nyanyi gak jelas”, “anak saya cuma bisa ngelukis Jenk”, “anak saya mah sukanya bercerita yang gak jelas, boro-boro pinter matematika”, dll

Pola itu harus dihentikan dititik saya (yang saat ini berposisi sebagai mama dari Putri). Tidak boleh penilaian kecerdasan yang sempit itu, menjadi pola yang saya terapkan pada anak saya. Tidak boleh !!!
Jika bukan dimulai dari saya yang mengakui kecerdasan anak saya (di bidang tertentu), lalu siapa lagi ???
Jika bukan dimulai dari saya yang memotivasi anak saya untuk memaksimalkan kecerdasan yang dimiliki, lalu siapa lagi ???
Semua anak kita cerdas…tanpa terkecuali… !!!
Ganbatte !!!


Leave a Reply