Namaku Ake


Namaku Ake, umurku 7 tahun. Aku tinggal hanya dengan ibuku. Bapakku ?? Entah kemana. Setiap kutanya ibu, jawabannya selalu berubah. Tergantung suasana hatinya.

Pernah satu saat dijawab “Bapakmu pergi jauuuh sekali nak. Ibu sampe lupa nama tempatnya.”. Itu jawaban yang biasanya keluar kalau ibu selesai sholat, sambil tersenyum getir.

Pernah satu saat dijawab “Bapakmu lari sama wanita lain. Kamu gak perlu tanya kemana mereka.”. Itu jawaban yang biasanya keluar kalau ibu sedang banyak masalah, dikejar-kejar hutang atau bingung membayar cicilan kontrakan.

Pernah satu saat dijawab “Bapakmu mati. Kuburannya gak tahu dimana.”. Itu jawaban yang biasanya terucap kalau ibu sedang marah pada sesuatu hal yang gak jelas.

 

Namaku Ake, umurku 7 tahun. Aku cuma pingin tahu, dimana bapakku ?? Dimana orang yang seharusnya melindungi ibu dan aku ?? Dimana orang yang seharusnya menjadi imam kami ?? Dimana laki-laki yang menyumbangkan spermanya untuk membentuk aku ?? Cuma itu…cuma itu yang aku ingin tahu..

Kenyataannya malah kebingungan yang aku dapat, karena jawaban ibuku yang bermacam-macam… Itu 3 versi jawaban yang sering terucap, yang jarang terucap bisa sampai 5 atau 8 versi.

Tapi, bagaimanapun aku sayang ibu. Aku tahu pengorbanannya, aku tahu kerja kerasnya, dan aku tahu kalau ibu juga sayang aku.

 

Setelah ulang tahunku yang ke-7 kemarin, aku berhenti bertanya tentang bapak. Aku cape dengan pertanyaan yang tidak pernah dijawab serius, lelah mempertanyakan sesuatu yang bikin suasana jadi keruh, dan sedih melihat wajah ibu yang tidak pernah indah dilihat tiap kali kutanyakan tentang keberadaan bapak.

Aku yakin, satu saat ibu pasti akan cerita. Mungkin nanti setelah aku dewasa dikit..

 

 

Namaku Ake, umurku 7 tahun. Apa yang aku alami, jauh lebih baik dibanding beberapa temanku.

Indri, teman main di rumah, cuma tinggal dengan neneknya. Ibu bapaknya, entah kemana. Yang Indri tahu dari cerita neneknya, orang tuanya pisah. Keduanya sudah menikah lagi, tapi keduanya tidak mau membawa Indri dalam kehidupan baru mereka. Pembawa sial, Indri dicap mereka.

 

Rosi, teman di SD Budaya Indonesia, tinggal dengan bapaknya. Ibunya kabur ke arab saudi dengan laki-laki arab. Ibunya bekerja di sebuah restaurant hotel bintang 3. Laki-laki itu adalah tamu hotel yang sedang berlibur di Indonesia. Pada akhirnya, mereka bertemu yang akhirnya dengan pertemuan itu membuat ibunya mampu meninggalkan anak dan istrinya. Entah apa yang ada dipikiran ibunya hingga tega berbuat seperti itu. Tapi yang ku tahu, sejak saat itu Rosi tidak pernah mau menyebut kata “ibu”. Seolah-olah kata itu menjadi haram untuk diucapkan.

 

Fahri, teman sepermainanku yang kondisinya paling ‘parah’. Fahri anak yang  cerdas dan baik, tapi itu dulu.. Sebelum keluarganya mempertontonkan ketidakharmonisannya di muka umum, di area publik. Terkadang di sekolah, terkadang di halaman rumah, terkadang di mall, dan yang terparah di ruang sidang saat perceraian mereka. Dimana mereka saling menghujat di depan fahri dan kakaknya, di hadapan hakim dan petugas-petugas pengadilan agama serta orang-orang yang hadir.

Sekarang Fahri menjadi pribadi yang kasar dan jarang masuk sekolah.. Menjadi tidak menyenangkan berteman dengannya..

 

Icha, sebentar lagi mungkin akan mengalami kejadian yang sama dengan kami berempat. Kami berempat punya satu kesamaan, bahwa kami adalah korban ketidakdewasaan orang tua kami. Dan Icha sedang bersiap-siap menjadi anggota seperti kami. Orang tuanya sedang dalam proses perceraian.

Mampukah Icha melewati semuanya, lalu dengan siapa akhirnya dia memilih untuk tinggal, untuk berkembang dan menjadi dewasa..

 

“Ake… Ake… ” tiba-tiba panggilan ibu membuyarkan lamunanku tentang Icha.

“Iya bu, ada apa ?? Ake di kamar lagi belajar” jawabku dengan suara sedikit keras. Enggan rasanya bangun dari posisiku saat ini. Kalau pindah, aku yakin lamunanku akan buyar.. Dan aku tidak mau itu terjadi.

Tidak lama kemudian, ibu sudah berdiri disampingku sambil memelukku erat. Airmatanya keluar dari mata indah bulatnya. Jelas itu membuatku bingung..

“Ada apa bu ?? Kenapa ??” tanyaku.. Lalu ibu menceritakan semuanya dengan sangat detil menurutku sehingga mampu membuat aku menangis keras.

 

Icha masuk rumah sakit, setelah melakukan percobaan bunuh diri sebagai bentuk protes terhadap keputusan orang tuanya yang ingin bercerai. Icha mencoba berbuat bodoh itu setelah mendengar berita di televisi, tentang siswa SD yang bunuh diri karena tidak diberi uang 1000 rupiah oleh orang tuanya untuk jajan. Mungkin yang terpikir olehnya, untuk 1000 rupiah saja dia berani melakukan hal itu. Kenapa untuk sesuatu yang lebih besar dan penting, tidak berani melakukan hal yang sama ?? Icha bodoh.. !! Icha bener-bener bodoh.. !!

 

Ibu menemaniku ke rumah sakit. Ku menangis terus sejak berangkat di pelukannya. Aku takut kehilangan Icha, aku takut Icha benar-benar akan meninggal. Aku takut membayangkan itu semua.

 

Setibanya di rumah sakit, apa yang ku takutkan…. Terjadi.

Icha tidak bisa diselamatkan!! Kehilangan darah yang terlalu banyak serta kondisi fisiknya yang masih kecil, membuat dokter tidak mampu menyelamatkan Icha, tidak mampu mengembalikan nyawa ke raganya.

Melihat kondisi itu, ku menangis makin keras… Ku teriak sekeras-kerasnya.. Tanpa sadar ku berlari ke orang tua Icha yang sedang berpelukan karena sedih. Ku dorong mama dan papa Icha, ku pukul tubuh mereka sekuat-kuatnya.. Bahkan ku mampu menunjuk ke wajah mereka..

“Lihat apa yang kalian lakukan !! LIHAT !! Icha mati.. Icha meninggal.. Gara-gara kalian… GARA-GARA KALIAN… PEMBUNUH… PEMBUNUH… !! ICHA MATI…. PUAS ?? KALIAN PUAS LIHAT MAYAT ITU ?? Aaaaarrrgggghhhh……”  tiba-tiba semua jadi hitam.. Aku tidak bisa lihat apapun.. gelap… Sepertinya aku jatuh pingsan….

 

 

Namaku Ake, umurku 7 tahun. Aku baru saja kehilangan seorang sahabat, Icha. Orang tua Icha yang membunuhnya. Tidak membunuh secara langsung, tapi karena merekalah Icha mengambil keputusan untuk bunuh diri sebagai bentuk protesnya. Lalu.. Apa yang terjadi terhadap Icha sekarang ?? Entahlah.. Tapi yang pasti, apa yang Icha lakukan mampu menyadarkan orang tuanya untuk tidak bercerai.  Happy ending kah ?? Sebandingkah apa yang terjadi sekarang dengan pengorbanan sebuah nyawa manusia ??

 

Namaku Ake, umurku 7 tahun. Aku bingung dengan dunia orang dewasa. Pada awalnya aku pikir mereka benar-benar manusia yang bertanggung jawab, manusia yang tidak egois, manusia yang pintar dalam mengambil keputusan, manusia yang lebih agamis, manusia yang banyak belajar dari perjalanan hidupnya, manusia yang perduli akan masa depan anaknya, manusia yang benar-benar berfikir panjang dalam setiap langkahnya, dan manusia yang takut akan Tuhan… Tapi ternyata semuanya salah !!! Semuanya salah besar !!!

 

Namaku Ake, umurku 7 tahun. Aku memang masih kecil tapi aku bisa berfikir karena aku tidak bodoh, karena aku cerdas, karena aku punya otak. Aku bisa menarik kesimpulan karena aku mampu menalar.

Para orang tua, pernahkah kalian bertanya kepada kami, anak-anakmu sendiri, saat kalian ingin berpisah atau meninggalkan kami..

Pernahkah kalian memikirkan apa yang kami butuhkan dalam sebuah keluarga..

Pernahkah kalian mendengarkan suara hati kami, yang tidak ingin dilahirkan ke dunia ini jika harus hidup hanya dengan single parent..

Pernahkah kalian merasakan keinginan dan ketakutan kami, saat semua orang memandang rendah anak yang hidup dalam lingkungan perceraian dan dampak psikologis terhadap kami..

Sepertinya TIDAK !!  Kalaupun ada, itu hanya sedikit sekali.

Kalian lebih sering memikirkan diri kalian sendiri, egoisme kalian, tujuan kalian, keuntungan kalian, bahkan lebih sering mencari-cari alasan yang sebetulnya tidak menjadi alasan yang tepat

 

Namaku Ake, umurku 7 tahun.

Entah apa yang ada di pikiran para orang tua, saat mereka memutuskan bercerai, untuk meninggalkan keluarganya, untuk meninggalkan pasangannya dan anak-anaknya ??

Entah apa yang ada di benak mereka, saat mereka bisa saling menghujat dan menjelek-jelekkan pasangannya yang telah menemaninya bertahun-tahun bahkan ada yang berpuluh-puluh tahun ??

Entah apa yang ada di hati mereka, saat mereka ingin mencelakai bahkan membuat menderita pasangannya yang pernah mengucapkan janji setia sampai mati ??

Entah ada apa dengan akal dan hati mereka ???

 

Namaku Ake, umurku 7 tahun.

Jika aku harus menjadi dewasa dalam berprilaku dan berfikir, maka aku tidak ingin menjadi dewasa seperti mereka !! Tidak ingin !!

Aku lebih suka dengan duniaku saat ini, dunia anak-anak.. !!


Leave a Reply